Sosok Hasbia Qoriah Asal Muna yang Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

oleh
Hasbia

BahasaPublik, TOKOH – Hasbiah dikenal sebagai salah satu Qoriah terbaik Indonesia dari Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Lahir di Latugho, Kabupaten Muna sekarang Kabupaten Muna Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) pada 31 Desember 1972 dari pasangan La Mbutolo bin La Bholontio dan Wa Budo Binti La Kabholosi.

Suaminya bernama La Karimu, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Muna Barat. Bersama La Karimu, Ia mempunyai empat orang anak, dua orang lak-laki dan dua orang perempuan. Mereka adalah Fahturrohim Karimu, Nurul Hidayat, Muni Fathozzahra, dan Layla Qodriyah Karimu.

Saat ini, Hasbiah berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bertugas sebagai penyuluh agama Islam di Kementerian Agama Islam Kabupaten Muna.

Hasbiah kecil tumbuh dan belajar mengaji sejak kanak-kanak. Ia adalah seorang yang penuh semangat dan gigih untuk belajar baca Al-Qur’an. Sejak duduk dibangku kelas dua SD, ia dididik oleh orang tuahnya dibidang tartil dan tilawah.

Sebelum ke sekolah dan setiap sorenya, ia belajar mengaji. Itu dilakukan Hasbiah setiap hari. Tidak putus.

Ketertarikannya untuk belajar baca Al-Qur’an terus berlanjut. Saat duduk di kelas tiga SD, Hasbia kecil mengikuti pelatihan nasional. Hal ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuannya dalam membaca Al-Qur’an.

Tak habis disitu, pada tahun 1999, ia memutuskan untuk meninggalkan kampung dan daerah kelahiranya untuk meneruskan belajar mengaji dengan mondok di Jakarta selama 3 bulan.

Mengukir Prestasi

Ia memulai kiprahnya sejak tahun 90-an. Tercatat Ia sukses menjuarai Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Provinsi Sulawesi Tengara tahun 1990 di Kolaka untuk kategori remaja. Ia juga pernah menjadi juara tingkat Provinsi, kategori Dewasa dari tahun 1999 sampai 2007.

Prestasi Hasbiah tidak hanya berhenti di level provinsi, namun, ia mampu bersaing di tingkat nasional. Terbukti, pada tahun 2000, ia mendapat harapan 3 STQ Nasional di Palu untuk kategori dewasa.

Selain itu, ia mencatatkan dirinya menjadi juara Tingkat nasional kategori dewasa di Jakarta. Bahkan, prestasi tertingginya adalah mengharumkan negara Indonesia di level Internasional. Kala itu, Hasbiah berhasil meraih juara 2 tingkat Internasional antar bangsa di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun 2007.

Usai meraih juara 2 di Malaysia, ia kembali mendapat harapan 1 pada MTQ KOPRI tingkat nasional di Jakarta pada tahun 2018. Sementara ditingkat umum, Hasbiah berkecimpung di perhakiman di MTQ Provinsi.

Mewariskan Prestasi

Ilmu memang tidak boleh menjadi milik sendiri. Inilah yang dipegang oleh Hasbiah. Setelah sukses meraih banyak prestasi, perjuangan Hasbiah belum selesai. Pengetahuanya tentang baca Al-Qur’an diteruskan kepada anak-anaknya. Empat anaknya itu dididik sendiri di rumahnya. Bahkan, sejak kecil mereka sudah mengaji di Alquran besar.

Hasbiah menerapkan metode belajar mengaji dengan pendekatan bermain dan belajar. Buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya, ke empat anaknya sukses mewarisi prestasinya.

Mereka berhasil meraih prestasi ditingkat Kabupaten, Provinsi, bahkan Nasional. Tak hanya itu, saat ini, anaknya sudah memiliki TPQ masing-masing.

Sibuk dengan tugas sebagai ASN tidak membuat Hasbiah menutup diri. Selain mewariskan kepada anak, ia juga meneruskan ilmu baca al Quran kepada masyarakat.

Tercatat, Hasbiah membuka Tempat Pengajian AlQuran (TPQ) di rumahnya. Selain itu, ia juga membina TPQ di berbagai tempat dengan materi dasar, Tartil, dan Tilawah. Ia juga mengadakan pelatihan mingguan saat libur sekolah untuk penerapan tilawah dasar.

Mencintai Al Quran

Menurutnya, Al Quran itu adalah diri kita, maka jangan pernah berpisah dengan Alquran. Kata Hasbiah, sepadat apapun urusanmu, ajaklah dirimu untuk mengaji, jangan lupa ingatkan anakmu untuk mengaji. Ajaklah dirimu, anakmu ke TPQ untuk belajar baca Al Quran. Belajar dimulai dari diri sendiri.

Penulis: Rajab S

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *