ANAK MUDA DAN POLITIK INDONESIA

oleh
oleh
Andi Baso Amirul Haq

Andi Baso Amirul Haq (Ketum Badko HMI Sultra 2018-2020, Pendiri Kolaborasi Muda)

Anak muda sejatinya adalah orang-orang yang terintegrasi kedalam masyarakat pada umumnya. Mereka mempunyai ciri khas secara struktur sosial yang menganggap bahwa tidak ada kelas atas, kelas menengah lebih-lebih lagi kelas bawah, dia menganggap bahwa semua sama atau egaliter.

Saat ini anak muda dianggap menjadi stereotip dalam masa depan Politik Indonesia, apalagi memasuki tahun-tahun transisi kepemimpinan atau disebut Pesta Demokrasi.

Acapkali saat ini membedakan generasi yang sesuai dengan konteks zamannya. Berbagai referensi-referensi barat salah satunya dari Beresfort Research menguraikan generasi dengan sebutan Baby Boomers (1986-1960), Gen X (1961-1980), Gen Y (1981-1994), Gen Z (1995-2010), Gen Alpha (2011-2024) dan terakhir adalah Gen Beta lahir diatas tahun 2025.

Tentu dengan adanya pengelompokkan Generasi seperti ini dapat memudahkan kita dalam melihat arus perubahan disuatu Negara utamanya adalah Indonesia.

Dalam dunia Politik terkhusus Indonesia, berbagai pakar memberikan pernyataan bahwa Anak Muda akan menjadi penentu pada pesta demokrasi dalam beberapa tahun kedepan. Apalagi menurut hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pemilih muda akan mendominasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 dengan proporsi pemilih Muda diprediksi mendekati angka 60 persen atau sekitar 190 juta warga. Dengan definisi Pemilih Muda dengan rentan umur 17 – 39 tahun.

Kesempatan dan Tantangan Anak Muda

Masih segar diingatan pada 2019 lalu Presiden Joko Widodo memperkenalkan 7 (tujuh) Staf Khusus Milenialnya yang diharapkan dapat membantu kerja-kerjanya dalam memimpin Bangsa Indonesia.

Namun ditengah jalan 2 (dua) Staf Khusus Milenialnya mengundurkan diri dari jabatannya, karena adanya konflik kepentingan dan alasan-alasan lainnya.

Publik menilai Staf Khusus Milenial Presiden Joko Widodo hanya menjadi Gimik belaka, dibuktikan jarangnya ada pemberitaan dan informasi keberadaannya ditengah-tengah masyarakat. Ini tentu adalah penilaian yang Subjektif dari Citizenship Digital di Indonesia.

Anak muda telah diberikan keleluasaan dengan berada disamping Pemimpin Bangsa ini, pastinya dengan keberadaan mereka akan mempengaruhi kebijakan pemerintah yang Pro kepada keberlangsungan Anak Muda Bangsa ini dan Masyarakat Indonesia secara utuh.

Dilihat dari dimensi lain bahwa hadirnya anak muda dalam konstruksi Politik Istana akan menjadi ancaman karena dengan mayoritas yang berbeda dengan generasinya. Tentu dengan penimpaan zamannya yang berbeda-beda.

Politik Digital Anak Muda

Anak muda menjadi aktor kunci dalam sebagian besar perubahan di Negeri ini. Mereka mempunyai konsepsi dan perspektif sendiri dalam menilai berbagai fenomena salah satunya adalah terkait hak politik.

Terbukti, pada 2019 yang lalu seorang anak muda terpilih menjadi anggota DPR dari golongan anak muda yang viral karena mengirim surat ke KSAD TNI untuk meminta ajudan pribadi dari unsur TNI.

Alasannya, Hillary adalah perempuan yang masih lajang dan hidup di dunia politik yang penuh ketidakpastian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *